Thursday, April 14, 2011

Musik Dangdut

 
Awal Mula Musik Dangdut 
Dangdut merupakan salah satudari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk konteporer sekarang masuk unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an Dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuk gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan dalam bentuk yang konteporer. sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gembus, rock, pop, bahkan house musik.
Penyebutan nama “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yg khas dan didominasi oleh bunyi dang dan dut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yg sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerjaan saat itu.
Dari musik Melayu ke Dangdut.
Dangdut kontemporer telah berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan sentuhan.
Orkes Melayu (biasa disingkat OM, sebutan yg masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yg asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus, dan suling, bahkan gong. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes Melayu di Jakarta yg memainkan lagu-lagu melayu Deli dari Sumatera (sekitar Medan). Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari presiden Soekarno menjadi pupuk dari grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaysia), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya punggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswanm serta M. Mashabi (pencipta skor film “Ratapan Anak Tiri” yg sangat populer di tahun 1970-an).
Gaya musik masa ini masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi perubahan besar dikancah musik Melayu yg dimotori oleh SOneta Group pimpinan Rhoma Irama. beberapa nama dari masa 1970-an yg dapat disebut adalah Mansyur S. Ida Laila, A Rafiq, serta Muksin Alatas. populernya musik melayu dapat dilihat dari keluarnya beberapa album pop Koes Plus di masa jayanya.
Dangdut modern, yg berkembang pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yg ramah terhadap budaya barat, memasukan alat-alat musik modern barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, terompet, seksofon, obo, dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas pemusik-pemusiknya. Mandolin juga nmasuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar) sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang “pertempuran” bagi musik dangdut dan musik rock dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diaadakan konser ‘duel’ antara Soneta Group dan God Bless. Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis bermusiknya.
Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang variasi “dangdut humor” yg dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini, yg berangkat dari gaya musik melayudeli, membantu diseminasi dangdut dikalangan mahasiswa. Subgenrediteruskan, misalnya oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).
Bangunan lagu
Meskipun lagu-lagu dangdut menerima berbagai unsur musik lain secara mudah Bangunan sebagaian besar lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagaian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama3/4, kecuali pada beberapa lagu kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti burung nuri dan Seroja. Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan irama.
Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulang. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda. bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yg dihadapi sang penyanyi.
(sumber : http://asiaaudiovisualra09muhammadrezamuharasy.wordpress.com)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons